Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

What's up dude ! Hello ! Let's follow my blog.. Let's enjoy my articles.. Thanks for comin' in follow my blog.. I hope you like it..!

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Laman

Jenny




          Jenny, murid baru GESEVA, SMPN 1 Singosari, memperkeruh suasana yang sebelumnya hening tanpa suara. Kejadian itu disebabkan cerita karangannya yang mengerikan. Tentu saja, teman-temanku termasuk aku tak percaya pada ceritanya. Mana mungkin, anak pindahan Malaysia itu tahu asal-usul SMP kami, kami saja yang sudah hampir 1 tahun belajar di tempat ini tak tahu asal-usul SMP kami. Apalagi menurutku cerita tersebut tak masuk akal.
          “Emang apa sih yang dikatakan Jenny pada kalian?” tanya temanku Ninda anak C yang dulu se-SD denganku.”Masa katanya SMP ini dulu rumah sakit yang menelan banyak korban,” jelasku. “Maksudnya apa sih, rumah sakit yang menelan banyak korban? Aku gak ngerti. Bisakah kamu jelaskan lebih detail lagi?” pinta Ninda dan akupun menjelaskan, “Pada waktu itu SMP ini adalah rumah sakit yang… kalau bisa dibilang laris pasien. Nah, lama-kelamaan, reputasi rumah sakit itu menurun karena banyak pasien yang meninggal tanpa sebab di rumah sakit tersebut dan kata isunya itu terjadi karena balas dendam. Ehm… maksudku, banyak pasien yang meninggal itu disebabkan dendam para suster yang telah di bunuh oleh anggota keluarga pasien karena patah hati. Terus setelah kejadian itu, tiba-tiba ada seorang laki-laki menggandeng seorang wanita cantik menuju ke bioskop. Laki-laki itu gak tahu kalau cewek itu hantu yang telah dibunuhnya. Terus waktu di bioskop, cewek itu balas dendam dan membunuh laki-laki tersebut.” “Ih, aneh! Jangan percaya sama yang begituan! Masa hantu bisa membunuh orang?” jawab temanku. Akupun mengangguk tanda setuju.
          Selama berhari-hari kami belajar bersama Jenny. Rasanya aku kurang dekat dengannya, karena ia hanya mau berteman dengan yang pintar-pintar. Tiga hari berselang, uang kas kami hilang. Dua hari setelah hilangnya uang kas kami, laptop temanku hilang. Lima hari setelah itu, kamus elektronik temanku hilang. Seminggu berlalu, waktu kami datang pagi-pagi dan ia belum datang, kami melihat kelas kami terbuka lebar dan barang-barang berserakan. Kami heran, padahal kata satpam kami, tidak ada pencuri, bahkan satu orangpun belum masuk ke kelas kami pagi itu. Isu tentang adanya hantu pun menyebar setelah terjadinya peristiwa tersebut.
          Keesokan harinya, tepat pukul 19.00 WIB, pengurus osis mengadakan camping di halaman sekolah. Pukul 21.00 WIB, salah satu temanku pergi ke kamar mandi guru, dan saat ia menuju ke sana, ia melihat kelas kami pintu dan jendelanya terbuka lebar-lebar. Ia juga melihat lampunya mati-nyala. Ia seketika teriak sekencang-kencangnya karena ia juga melihat kaca kami pecah terlampar batu, padahal tidak ada yang melemparkan batu ke sana.
          Semakin hari banyak kejadian aneh. Kami mulai mengira Jennylah penyebab dari semua kejadian ini karena semenjak ia datang banyak kejadian aneh di kelas kami. Tapi semakin kami membayangkannya membuat kami semakin takut. Kami berusaha mengecek kembali identitasnya dan mengamatinya. Dan hari itu, aku melihat sendiri keanehan yang terjadi pada Jenny. Pagi itu kelas sudah ramai dan Jenny belum datang. Aku melihat ke tempat duduk Jenny yang masih kosong. Tiba-tiba dalam waktu sekedipan mata, aku melihat Jenny sudah duduk santai dan buku-bukunya terletak di atas meja. Aku ketakutan namun aku tak bisa berbuat apa-apa, karena kemarin baru saja ada temanku yang terpeleset di tangga setelah menggosipi Jenny.
          Sebulan sudah kami belajar bersamanya. Kami semakin takut dengannya, namun kami tak dapat berbuat apa-apa karena takut jika Jenny membalas kami. Hari itu, Jenny tidak masuk sekolah. Bu Elly, wali kelas kami menanyakan keberadaan Jenny pada kami dan kamipun manjawab tak tahu soal itu. Sepertinya Bu Elly juga mulai mencurigai Jenny. Beliau pernah berkata bahwa beliau tak pernah bertemu dan mengetahui orang tua dari Jenny. Beliaupun merasa bahwa ada yang ganjil dari diri Jenny. Identitas Jenny pun tak jelas.
          Tiga hari berlalu, Jenny tak kunjung masuk sekolah. Bu Elly mengajak kami untuk menemui Jenny di rumahnya. Pukul 12.00 siang, kami pulang lebih awal. Kami pergi ke rumah Jenny di alamat Jl. Mondoroko gg. I no 14. Setelah kami sampai di sana, rumah itu kosong dan tak berpenghuni. Suasananya pun gelap, seram, dan menakutkan. Kami mencoba untuk mengecek kembali alamatnya dan ternyata benar. Mulanya kami mengira ia sudah pindah tiga hari yang lalu, namun jika benar tak mungkin rumahnya sekotor dan seseram itu.
          Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di samping kami. Ia turun dengan pakaian serba hitam. Ia menanyakan kepada kami tujuan kami kemari. Bu Elly pun menjelaskan tujuan rombongan kami ke rumah tersebut. Lalu orang tersebut berkata, “Kalian ini neh-aneh saja! Kalian pasti salah alamat. Rumah ini sudah kosong sejak lima tahun yang lalu. Katanya sih banyak hantunya, makannya gak laku-laku.” “Apa?” teriak kami serempak. “Duh-aduh, get-kaget aku. Teriak-teriak di telingaku.” jawab orang itu. “Maaf Pak, saya masih tidak mengerti maksud Bapak. Ehm…Bapak sendiri siapa ya?” tanya Bu Elly. “Saya ini mau beli rumah ini. Saya juga bingung, kok kalian tanya begitu.” jawab Bapak tersebut. “Ditanya kok balik nanya?” jawab temanku. “Ssst…! Gak sopan. Eh… begini Pak, murid saya bernama Jenny sudah tiga hari tidak masuk sekolah dan kami ini sedang akan menjenguknya yang katanya rumahnya di alamat ini.” jelas Bu Elly. “Ndak mungkin, wong rumah ini sudah kosong lima tahun yang lalu. Sudahlah, saya jadi bingung sendiri. Lebih baik Ibu pergi ke rumah pemilik rumah ini. Biar saya antar, saya juga ada perlu dengan pemiliknya.” jawab orang itu. “Baiklah, terima kasih!” kata Bu Elly.
          Diantarnya kami oleh orang tersebut ke rumah pemiliknya. Sesampainya di sana, Bu Rasti, pemilik rumah kosong itu(yang katanya rumah Jenny), mempersilahkan kami masuk. Bu Rasti itu sangat ramah dan ia menjawab semua pertanyaan dari kami begitu sabar. “Begini Bu, kami dari SMPN 1 Singosari ingin bertemu murid saya di alamat rumah yang Ibu jual itu. Soalnya ia berkata bahwa alamatnya di sana. Dan kami bingung karena katanya rumah itu sudah kosong lima tahun yang lalu. Padahal murid saya itu baru tidak masuk tiga hari yang lalu.” jelas Bu Elly panjang lebar. “Iya benar, rumah itu kosong lima tahun yang lalu. Tidak ada satupun orang yang menempatinya semenjak kejadian itu.” jawab Bu Rasti. “Kejadian apa ya, Bu?” tanya Bu Elly. Saat pembicaraan itu berlangsung, kami semua mulai ketakutan dan membenarkan dugaan kami selama ini. “Dulu ada sepasang suami-istri yang dikaruniai anak yang cantik jelita. Namun sayang, ia sangat nakal dan sombong di sekolahnya. Sekolahnya itu… saya ndak tau ya, Bu. Suatu saat ia mengajak temannya ke rumah temannya yang lain, nah… dia ke rumah temannya itu naik sepeda motor. Karena sombongnya, si… si… em… siapa ya namanya? Emm… ya pokoknya anak itu lah…, ia ngebut-ngebutan padahal temannya sudah mengingatkan bahwa di depan sana ada rel kereta api yang tidak berpalang. Terus, si anak itu dengan angkuhnya bilang “gak papa nyantai aja kali…”. Eh, ternyata ada kereta lewat, dia ama temennya langsung mencelat, temannya nyebur sungai, yang anak itu nyebur got. Dan akhirnya, anak perempuan satu-satunya dan anak kesayangan kedua suami-istri itu meninggal. Semenjak itu rumah saya itu tidak ada yang mengontrak karena katanya rumah itu sudah berhantu, jadi saya jual sekarang.” jelas Ibu itu panjang lebar. "Tunggu, Bu. Kenapa masuk got saja bisa mati? Tanyaku. “Lho, wong yang nyemplung got cuman kakinya saja. Soalnya, badan yang lain mencelat ke sungai… saya juga gak tau kok badannya bisa mencar-mencar gitu. Ih, pokoknya serem banget kejadiannya.” Jelas Bu Rasti, “Oh, ya… namanya kalau tidak salah…” “Kalau tidak salah berarti bener dong Bu.” jawab temenku nyelonong. “He…gak sopan!” kata anak-anak sambil ketawa. “Heh… namanya… Jono…. Ya Jono…” kata Bu Rasti. “Lho, Jono kok cewek, Bu?” tanya temanku. “Eh… salah, Jini… oh bukan… Jenh..em… Jena.. eh, bukan… Jen…Jen…” bingung Bu Rasti. “Jenny?” tanyaku. “Ya… Insya Allah Jenny. Dia jadi terkenal namanya semenjak dia meninggal. Oh, ya… nama panjangnya, Jenny Widowati Sartiti Ningsih.” “Apa?” teriak kami serempak untuk kedua kalinya. “Iya, Bu, yang saya cari adalah Jenny, Jenny Widowati Sartiti Ningsih, ia murid saya.” jawab Bu Elly panik. “Ndak mungkin. Jenny sudah meninggal lima tahun yang lalu.” jawab Bu Rasti. “Apa?” teriak kami serempak untuk yang ketiga sekaligus terakhir kalinya. “Lalu, siapa teman kita itu selama ini?” tanyaku.


The End
 













                   


























OLEH   : AYU AULIA RAHMA
NO      : 13
GESEVA
                  









Text Box: PERHATIAN!
CERITA INI HANYA KARANGAN DAN FIKTIF BELAKA. APABILA ADA KESAMAAN NAMA, TOKOH, DAN TEMPAT MOHON MAAF.


Double Bracket: PERHATIAN!

MOHON MEMBACA CERITA INI DENGAN MENGHAYATINYA AGAR CERITA INI BEGITU MENYERAMKAN.
 


























  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar